Sabtu, 05 November 2011

FF ice cream

Junsu mendorong kursi roda yang diduduki Junhee mengitari taman rumah sakit. Junsu menghentikan kursi roda yang didorongnya, “Mau makan es krim lagi? Akan kuambilkan. Bagaimana?” Tanya Junsu pada kekasihnya itu. Junhee hanya mengangguk. Junsu tersenyum, “Baiklah, tunggu di sini,” kata Junsu sambil berlari-lari kecil menuju kamar tempat Junhee dirawat beberapa minggu ini.

“Junho-yah, apakah es krimnya kau habiskan?” Tanya Junsu pada Junho-kakak Junhee. Junho hanya tersenyum kuda, “Iya, habisnya aku lapar sekali. Mianhae,” kata Junho. Junsu mendengus, “Itu punya Junhee! Dia suka sekali es krim itu. Mengapa kau habiskan sih? Merepotkan saja,” kata Junsu bersungut-sungut. Junho bangkit, “Biar aku saja yang mencarikan es krim yang lain. Kau jaga saja Junhee. Jalga,” kata Junho sambil melesat keluar kamar rawat Junhee. Junsu segera kembali menemui Junhee di taman rumah sakit.

“Kenapa lama sekali?” Tanya Junhee. Junsu berlutut di depan Junhee, “Es krimnya dihabiskan Junho, jadi kau bersabar sebentar ya? Junho masih membelikanmu es krim,” bujuk Junsu. Junhee hanya memutar-mutar bola matanya. “Jangan seperti itu, Junho akan segera datang. Sabar ya? Setelah ini kau bisa makan es krim sesukamu,” kata Junsu. Junhee hanya mengangguk-angguk malas.

“Nah, itu Junho datang!” kata Junsu bersemangat. “Hyung, hss.. hss.., ini.., hss.., es krimnya, hss..” kata Junho sambil mengatur napasnya. “Junhee-yah, makan yang banyak yah. Kalau ada apa-apa bilang saja ke Junsu atau oppa, ne? cepat sembuh adik kecil,” kata Junho sambil mengusap rambut Junhee pelan. Junhee hanya tersenyum.

---o0o---

“Dok, kata suster anda ingin bertemu saya, ada apa?” Tanya Junho pada dokter yang merawat Junhee yang sekarang berada di hadapannya. Dokter itu menghela napas panjang, “Sepertinya nona Junhee harus segera mendapatkan donor sumsum tulang belakang secepatnya. Jika tidak, maka leukimianya akan semakin parah. Bisa tidak jika anda mencarikan donor sumsum tulang belakang untuk nona Junhee secepatnya?” kata dokter. Junho mengacak rambutnya frustasi, “Apa sumsum tulang belakang saya benar-benar tidak cocok? Coba di teliti lagi! Golongan darah saya dan Junhee sama. Mana mungkin tidak bisa?!” bentak Junho pada dokter dihadapannya ini.

Dokter ini hanya tersenyum, “Meskipun golongan darah sama, belum tentu sumsum tulang belakang juga sama. Dimohon pengertiannya,” kata dokter itu dan segera keluar dari ruangannya meninggalkan Junho sendirian.

---0O0---

“Umma, Appa, maaf ya, aku tidak bisa menjadi kakak yang baik buat Junhee,” kata Junho di hadapan foto kedua orangtuanya yang sebulan lalu pergi keluar negeri untuk urusan bisnis.

“Kau kenapa, Jun?” kata Junsu saat masuk ke dalam rumah Junho. “Di sana Junhee bersama siapa? Mengapa kau pulang?” Tanya Junho. Junsu tersenyum, “Ada Minhee dan Minho di sana,” kata Junsu. Junho terbelalak, “Minho? Kakak Minhee? Minho menyukai Junhee kau tau? Mengapa kau tinggalkan mereka? Ish, bodoh sekali kau ini,” kata Junho. “Kata siapa Minho menyukai Junhee-ku? Yang penting kan Junhee hanya menyukaiku,” kata Junsu percaya diri. Junho terkekeh, “Bodoh sekali ya kau ini, tentu saja tau dari Minhee. Cepat sana kembali!” kata Junho mengusir Junsu.

“Jun, aku ingin mengatakan sesuatu,” kata Junsu. Junho menoleh, “Mau mengatakan apa? Cepat katakana dan segeralah kembali ke sana,” kata Junho. Junsu menghela nafas panjang, “Tadi aku pergi ke laboratorium untuk menguji kecocokan sumsum tulang belakangku dan Junhee,” kata Junsu. Junho membelalakkan matanya. Junsu melanjutkan, “Dan ternyata sumsum tulang belakang kami cocok. Aku ingin sekali mendonorkan sumsum tulang belakangku untuk Junhee. Bagaimana?” kata Junsu yang sukses membuat Junho semakin membelalakkan mata sipitnya.

Junho menggeleng, “Lalu bagaimana aktifitasmu sehari-hari jika kau mendonorkan sumsum tulang belakangmu untuk Junhee?” tanya Junho. Junsu tersenyum, “Aku tidak apa-apa selama Junhee juga tidak apa-apa. Kumohon..” kata Junsu memohon pada Junho. Junho menggeleng, “Kau benar2 akan mendonorkan sumsum tulang belakangmu untuk Junhee? Apa kau yakin?” Tanya Junho memastikan. Junsu mengangguk mantap. Junho menghela nafas panjang, “Mau bagaimana lagi? Aku sudah mencari kemana-mana tapi tetap saja tak menemukan sumsum tulang belakang yang cocok dengan Junhee. Terima kasih banyak, Hyung! Sungguh aku tak tahu lagi bagaimana nasib Junhee,” kata Junho sambil memeluk Junsu. Junsu hanya tersenyum.

---oO0---

“Junhee.. oppa datang. Kau merindukanku?” kata Junho menghambur masuk ke dalam kamar rawat Junhee. Junhee tersenyum mengejek, “Siapa yang merindukan siapa? Bukannya kau yang merindukanku? Hahaha..” balas Junhee. Junho hanya memajukan bibirnya-pura2 marah, “Dimana Junsu?” Tanya Junho. Junhee tersenyum, “Mencarikan es krim untukku. Ada apa? Ada yang ingin kau sampaikan?” kata Junhee.

“Begini, aku sudah menemukan donor sumsum tulang belakang yang cocok untukmu. Bagaimana? Kau siap untuk melakukan operasi?” kata Junho sambil tersenyum lebar. Junho lega karena sebentar lagi adiknya akan segera sembuh. Junhee tersenyum hambar, “Siapa yang rela mendonorkan sumsumnya untukku?” Tanya Junhee ingin tahu. Junho mengacak pelan rambut Junhee yang tinggal sedikit-efek kemoterapi, “Kau tidak boleh tahu sayang, pasien dilarang untuk tau hal ini. Yang penting kau segera sembuh, ne?” kata Junho yang dibalas dengan anggukan kecil Junhee.

---oOo---

“Permisi dok, apa saya boleh masuk?” kata Junhee saat membuka pintu ruangan dokter yang merawatnya. “Silahkan nona Junhee. Mari saya bantu,” kata dokter sambil membantu Junhee mendorongkan kursi rodanya.

“Saya rasa ada yang ingin nona Junhee tanyakan pada saya,”kata dokter seakan membaca pikiran Junhee. Junhee tersenyum, “Tiga hari lagi saya akan dioperasi pencangkokkan sumsum tulang belakang, tapi sampai saat ini saya belum tahu siapa yang mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk saya. Saya mohon dokter memberi tahu saya sekang!” kata Junhee tegas. Dokter itu tersenyum, “Saya akan memberitahukannya, tapi saya mohon anda pura-pura saja tidak tahu, karena yang mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk anda memohon pada saya agar saya tidak memberi tahu nona Junhee,” kata dokter. Junhee mengangguk mantap.

“Hmm, yang menjadi pendonor anda adalah kekasih anda. Kim Junsu,” kata dokter. Junhee terdiam. Beberapa detik kemudian air matanya meluncur jatuh dari mata sipitnya-seperti mata Junho. “Ba.. bagaimana bisa Junsu, dok?” Tanya Junhee. Suaranya parau. “Karena yang mempunyai sumsum tulang belakang yang cocok dengan anda hanya dia. Saya harap anda bisa berpura-pura tak tahu apa-apa,” kata dokter.

Junhee cepat-cepat menghapus air matanya, “Dok, bisakah saya memohon sesuatu?” kata Junhee. “Selama saya bisa membantu, saya akan membantu. Ada apa?” Tanya dokter. “Jika di waktu operasi, operasinya gagal maupun berhasil, katakana pada semua orang jika operasi saya berhasil. Saya mohon dok..” mohon Junhee. Dokter yang tidak tega melihat Junhee akhirnya mengangguk, “Baiklah, saya akan mencoba menolonng anda. Tapi bagaimana jika operasinya gagal?” Tanya dokter. Junhee tersenyum lega, “Maka saya akan menyelesaikan urusan saya di bumi ini dengan segera. Sehingga ketika waktu saya tiba, saya akan pergi dengan tenang,”

---o0o---

“Kau harus bertahan, Junhee. Jika operasimu berhasil, oppa berjanji akan membelikanmu berkotak-kotak besar es krim cookies n’ cream kesukaanmu,” kata Junho ketika Junhee akan masuk operasi. Junhee tersenyum, “Ara.. ara. Aku akan segera sembuh! Dimana Junsu?” Tanya Junhee yang pura-pura tidak tahu. Junho tersenyum hambar, “Dia akan menyusul nanti. Sekarang kau harus masuk ke ruang operasi. Semangat!” kata Junho yang dibalas dengan senyuman Junhee. Ranjang dorong Junhee semakin hilang dari pandangan Junho. Junho hanya bisa terduduk dan berdoa agar adiknya dan sahabatnya selamat di saat operasi.

---o0o---

Junhee dibius terlebih dahulu, lalu ranjang dorong Junsu masuk dan berada tepat di samping ranjang dorong Junhee. Junsu memandang wajah kekasihnya dan meraih tangan Junhee yang dapat diraihnya. Digenggam erat telapak tangan Junhee, “Kita harus kuat! Setelah kau sembuh aku akan cepat-cepat melamarmu. Aku mencintaimu..” bisik Junsu. Lalu Junsu menutup matanya saat obat bius bereaksi di tubuhnya.

---o0o---

Lampu di ruang operasi menyala, tanda operasi Junsu dan Junhee sudah selesai. Dokter dan beberapa suster keluar dari ruang operasi dan langsung dicerca Junho dengan berbagai pertanyaan. Minhee dan Minho diam saja mendengar pertanyaan2 yang ditanyakan Junho.

“Operasinya berhasil. Sebentar lagi tuan Kim akan siuman. Tetapi nona Lee masih sangat lama baru akan siuman. Kata dokter,” Junho tersenyum senang, sedangkan Minhee menangis bahagia. Minho hanya bisa menenangkan adiknya.

---o0o---

“Dok, kau bilang apa tadi pada keluarga nona Lee? Kau membohongi mereka? Bukannya ada sesuatu hal yang kita saja tidak tahu sehingga sumsum tulang belakang tuan Kim tiba-tiba saja tidak cocok dengan nona Lee?” kata suster setelah sampai di ruang dokter. Dokter tersenyum, “Nona Lee sendiri yang mengatakan padaku agar berkata seperti itu. Aku rasa nona Lee sudah tahu jika hasilnya akan seperti ini. Biarkan saja, sepertinya nona Lee tak mau membuat orang disekitarnya mencemaskannya,” kata dokter.

---o0o---

Beberapa minggu kemudian..

From: Nae Junhee

Kau tidak ke sini? Bantu aku menghabiskan es krim yang sangat banyak ini..
Aku juga baru saja meminjam dvd Minhee yang judulnya ‘Restless’ kurasa filmnya bagus. Ayo kita nonton film itu sambil menghabiskan es krim ini..

---o0o---

Ting tong..

“Kau datang,” kata Junhee sambil membukakan pintu. Junsu tersenyum sambil mengecup bibir Junhee sekilas, “Jika aku tak datang nanti kau marah.. Junho kemana?” Tanya Junsu. “Pergi kerumah Minhee, kurasa kali ini mereka akan benar-benar menjadi sepasang kekasih,” kata Junhee.

“Junho benar2 menetapi janjinya padaku. Ckckck..” kata Junhee sambil menyuap sesendok es krim ke mulutnya. Junsu terkekeh, “Kau seperti anak kecil saja. Lihatlah bibirmu belepotan, sini aku bersihkan,” kata Junsu sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Junhee dan beberapa detik kemudian Junsu sudah melumat bibir Junhee. Merasakan kehangatan yang sudah lama tidak mereka rasakan. Junsu meluapkan segala perasaan rindunya pada kekasihnya ini. Junhee membalas ciuman Junsu.

“Juns, sudah.. mmpphh..” kata Junhee berusaha menghindar dari bibir Junsu. Junsu tersenyum mengejek, “Baiklah, baiklah. Kita lihat saja film yang kau pinjam dari Minhee,” kata Junsu mengalah.

“Junhee, aku ingin menikah denganmu tiga bulan lagi, bagaimana?” kata Junsu di tengah2 film diputar. Junhee terbelalak, “Kau serius?” Tanya Junhee memastikan. Junsu mengangguk sambil mengeluarkan kotak beludru merah dan segera memakaikan isinya ke jari manis Junhee. Junhee tersenyum dan reflek langsung memeluk Junsu, “Aku mau!” pekik Junhee. Junsu segera melepaskan pelukan Junhee dan mengecup bibir Junhee sekilas, “Aku mencintaimu..” kata Junsu lembut. Junhee tersipu. Wajahnya memerah, “Aku juga mencintaimu..” katanya dan segera tertidur di bahu Junsu. Junsu mengusap lembut rambut coklat Junhee, “Gadis ini cepat sekali tertidurnya. Hahaha..” kata Junsu. Beberapa menit kemudian Junsu menyadari bahwa Junsu tidak mendengar hembusan nafas Junhee.

Junhee sudah tiada.
Junsu mendekap erat tubuh Junhee yang sudah tidak bernyawa. Junhee yang baru saja beberapa menit lalu dimintanya menjadi istrinya. Junhee yang beberapa puluh menit lalu berciuman dengannya. Junhee yang beberapa jam lalu mengiriminya sms. Dan Junhee yang beberapa menit lalu mengatakan bahwa Junhee mencintainya, sudah tiada.

Junsu hanya bisa menangis dalam diam. Kekasihnya-yang sudah menjadi calon istrinya, sudah tiada..
Membuatnya merasa sangat kehilangan. Secepat ini Junhee pergi? Junsu hanya bisa memandang keasihnya yang sudah tiada. Calon istrinya sudah tiada..

---o0o---
THE END